Aku masih ingat hari pertama membawa pulang Meong — bukan nama aslinya, tapi ya, begitulah. Duduk di kursi depan mobil, dia meringkuk di dalam kardus kecil sambil memperhatikan dunia barunya dengan mata seperi koin. Sejak itu, hidupku berubah: lebih banyak main-main laser, lebih banyak suara “mengeres” jam 3 pagi, dan tentu saja, lebih banyak riset tentang perawatan kucing. Di artikel ini aku mau berbagi pengalaman pribadi dan tips praktis soal makanan sehat, perilaku hewan, grooming, dan juga hal-hal yang perlu dipertimbangkan saat mengadopsi kucing.
Makanan Sehat: jangan hanya mengandalkan kibble
Serius, makanan itu pondasi. Awalnya aku pikir cuma kasih makanan kering jenis apapun sudah cukup — ternyata enggak. Kucing butuh protein tinggi, lemak seimbang, dan sedikit karbohidrat. Pilih makanan yang menuliskan sumber protein jelas (ayam, ikan, daging sapi) di labelnya. Wet food (makanan basah) juga penting untuk hidrasi, apalagi untuk kucing yang jarang minum air. Kalau kamu lagi cari referensi merk atau resep homemade, aku suka baca sumber yang kredibel, termasuk blog seperti friskywhiskerz untuk inspirasi porsi dan variasi.
Perlahan-lahan lakukan transisi saat ganti makanan—campurkan makanan baru dengan yang lama selama 7-10 hari supaya perutnya enggak kaget. Hindari memberi bawang, cokelat, anggur, dan makanan berlemak berlebih. Cemilan oke, tapi jangan berlebihan; kucing juga bisa kegemukan, dan itu sering diremehkan.
Ngobrolin Perilaku: kenapa dia ngegaruk terus sih?
Kucing itu komunikator ulung. Garukan di sofa bukan sekadar iseng — itu cara menandai teritorial dan merawat kuku. Kalau tiba-tiba berubah perilaku (misal: buang air di luar kotak pasir, agresif, atau jadi hiperaktif), biasanya ada penyebab: stres, penyakit, atau kebosanan. Aku pernah panik waktu Meong tiba-tiba mulai mengencingi selimut — ternyata dia stres karena kedatangan tamu baru dan kotak pasirnya kebersihannya terganggu.
Solusinya? Perhatikan lingkungan: sediakan banyak titik vertikal (pohon kucing), mainan interaktif, dan rutinitas bermain setiap hari. Litter box harus bersih dan jumlahnya satu per kucing ditambah satu ekstra. Observasi itu kunci; kucing nggak bisa ngomong, jadi kita harus jeli membaca bahasa tubuhnya.
Grooming Saat Adopsi—trik agar nggak drama!
Grooming itu bukan sekadar estetika. Saat adopsi, lakukan pemeriksaan dasar: cek kondisi kulit, ada tidaknya kutu, kebersihan telinga dan mata, serta keadaan kuku. Bawa sisir, handuk, dan grooming wipes saat pulang dari shelter supaya kamu bisa melakukan pembersihan ringan kalau perlu. Cara aku menanganinya: letakkan handuk hangat di pangkuan, biarkan kucing mencium dan tenang dulu, beri camilan sedikit demi sedikit sambil menyisir.
Untuk kucing yang ragu atau trauma, jangan langsung memaksakan mandi. Sebagian besar kucing nggak perlu mandi rutin — cukup sikat dan pembersihan lokal bila perlu. Potong kuku dengan hati-hati, gunakan alat khusus, dan jaga agar sesi grooming singkat tapi konsisten. Kalau ada mats yang parah, biasanya lebih aman bawa ke groomer profesional atau vet.
Tips Adopsi & Penutup: siap-siap sebelum bawa pulang
Sebelum adopsi, tanyakan riwayat vaksinasi, apakah sudah disteril, kebiasaan makan, dan kondisi kesehatan umum. Siapkan ruang aman untuk hari-hari pertama di rumah: tempat tidur, kotak pasir, food & water bowls, dan mainan. Jangan lupa biaya tak terduga: vaksin, steril, obat cacing, dan kunjungan vet. Adopsi itu komitmen jangka panjang—jadi pastikan kamu siap secara emosi dan finansial.
Di akhir hari, Meong sudah jadi sahabat, alarm tidur, dan terapis emosional yang lucu. Meski kadang bikin pusing karena mengacak-acak meja, aku nggak akan menukar momen-momen kecil itu. Kalau kamu sedang mempertimbangkan adopsi, do it—asal siap belajar dan sabar. Percayalah, suara dengkuran di pangkuan itu akan jadi salah satu hadiah kecil terbaik dalam hidupmu.